(Merasa) Diabaikan
Ignorance seems to be nearly everyone's biggest fear. Ketika diabaikan, kita cenderung merasa kecil dan mulai berprasangka yang tidak-tidak terhadap orang yang kita anggap mengabaikan kita.
Sebagai contoh. Kamu adalah salah satu panitia di seksie Dana dan Usaha untuk silver anniversary SMA-mu. Dan baru di minggu pertama kamu aktif mencari donatur, kamu berhasil mengumpulkan dana dua puluh juta, misalnya. Padahal ini adalah kepanitiaan pertama yang kamu ikuti. It was awesome. Kasie Danus memuji kamu habis-habisan, blabbering around about your initial achievement to other members and teachers. Kamu pun merasa tersanjung. SANGAT WAJAR.
Lalu, di minggu kedua, salah satu panitia Danus juga, si populer dengan network yang lebih luas dari operator XL, mengatakan bahwa dia punya janji temu dengan calon donatur potensial yang sepertinya bisa memberikan dua kali lipat dari pencapaianmu di minggu pertama (Read : empat puluh juta).
Seperti gerak jatuh bebas di salah satu materi fisika yang sedang kamu pelajari, kamu terdampar hingga ke dasar tanah bahkan tanpa memiliki kecepatan awal. The praise and sweet words go back to the -supposed to be in the first place-owner. Kasie Danus sampai mengumumkan di grup kepanitiaan betapa hebatnya dia karena berhasil membuat janji temu dengan si calon donatur potensial. BARU CALON.
Kamu (merasa) diabaikan. Kamu mulai berpikir mereka melupakan dua puluh juta yang sudah kamu kumpulkan di minggu pertama. Kamu mulai berpikir mereka mengabaikanmu karena kamu bukan si Populer yang punya jaringan luas. Kamu mulai merasa kecil karena masih terlalu baru di dunia kepanitiaan. In the end, kamu ogah-ogahan mencari dana karena berpikir, "buat apa gue capek-capek nyebar proposal, toh mereka tetap hanya akan appreciate orang-orang yang menurut mereka pantas di-appreciate. Dasar semua orang emang pilih kasih."
Pertanyaannya adalah:
1. Darimana kamu tahu kalau mereka mengabaikan kamu hanya karena kamu anak baru di dunia pencarian donatur?
2. Kenapa mesti pusing dengan anggapan orang kalau toh tujuan awal kamu adalah mencari dana agar ulang tahun sekolahmu yang ke-25 berjalan dengan baik?
3. Apa yang membuat kamu yakin Kasie Danus 'pilih kasih' soal apresiasi karena dia yakin si Populer akan berhasil mencapai dana jauh lebih banyak dari kamu?
Tidak menemukan jawabannya, kan?
Daripada sibuk merutuki nasib dan berujung pada dengki yang merupakan penyakit hati paling berbahaya, kenapa kita tidak membungkam mulut-mulut mereka dengan bekerja segigih-gigihnya hingga kita bisa mengumpulkan dana sampai seratus juta rupiah?
Kalau realita tidak sesuai dengan target, jangan jadikan beban pikiran. Yang penting kita sudah berusaha. Ingat, kalau bukan karena dua puluh juta yang berhasil kamu kumpulkan di minggu pertama, mungkin sekolahmu tidak akan mampu mengundang Yura Yunita sebagai bintang tamu disana.
Yakinlah, niat tulus dan usahamu pasti dihargai. Kalau bukan sekarang, mungkin besok, nanti, puluhan tahun lagi, saat kamu malah berbalik menjadi si donatur yang mampu menyumbangkan puluhan juta rupiah untuk gold anniversary sekolahmu.
(Merasa) diabaikan itu manusiawi. Merasa kecil dibandingkan dengan orang lain juga manusiawi. Semua orang pasti pernah mengalaminya. Namun ketika kamu berhasil mengatasi rasa sakit saat merasakan hal-hal tersebut dengan menunjukkan sebuah 'produk', di titik itu kamu berhasil menjadi manusia yang bukan hanya baik di mata manusia, namun juga di mata Tuhan.
Comments
Post a Comment